Dua bulan setelah diopname karena Demam Berdarah, Fayyadh demam lagi, sempat khawatir kalau DB lagi. Syukurnya di hari ketiga sudah turun dan nampaknya tidak mengarah ke DB. Seorang teman yang dokter juga mengatakan, insya Allah tidak akan terkena DB lagi dalam jarak waktu yang singkat.
Ketika kemudian satu pekan berikutnya demam lagi, khawatir lagi. Pengalaman tempo hari memang menyisakan sebuah trauma bagi kami. Demamnya tak turun dalam masa dua hari, rewel, tidak mau makan dan minum, bahkan mengkonsumsi ASI. Setelah saya periksa mulutnya tampaknya ada bintik-bintik merah. Kesimpulan saya sariawan. Tapi, di tangan dan kakinya ada bintik-bintik merah. Saya ingat seorang teman ada yang pernah cerita tentang penyakit mulut tangan dan kaki (panjang sekali namanya). Kalau melihat gejalanya mirip, tapi anak teman saya itu sampai bengkak-bengkak, sedangkan Fay tidak. Lalu apa?
Rencananya saya tidak akan membawanya ke dokter, mau dikasih obat alami saja, tapi melihat dia sulit makan, bahkan minum dan mimi’ ASI, saya dan suami membawanya ke dokter.
Begitu kami jelaskan kondisinya kemudian diperiksa, dokter langsung mengatakan bahwa Fay terjangkit virus Singapur. Hah? Virus apa pula ini?
“Apa ini yang disebut penyakit mulut tangan kaki Dok?”
“Betul”
“Anak temen saya kok sampe bengkak-bengkak”
“Kondisinya berbeda pada tiap orang, tergantung ketahanan tubuhnya”.
Oh I see….
Virus Singapur ini kata pak dokter sedang mewabah di Lombok.
Yang paling menyedihkan dari penyakit ini, Fay tidak mau menyusu lebih dari dua hari. Sebenarnya dia ingin, tapi baru menyentuh bibirnya langsung dilepas. Bisa terbayang bagaimana sakitnya.
Kasihan anak ketiga kami ini. Ketahanan tubuhnya memang relatif lebih rendah dibanding dua kakaknya.
Alhamdulillah sekarang dia sudah sehat kembali, dan yang terpenting sudah mau menyusu lagi.
Jadi teman-teman… mohon maaf jika lama tak berkunjung ya..
Ini info hasil browsing dari sini:
Coxsackie, Virus Penyerang Balita
Jangankan mengunyah makanan, untuk minum pun, mulut pedih sekali! Ya,itulah salah satu gejala penyakit mulut, kaki dan tangan (MKT). Repotnya, penyakit ini amat mudah menular.
Karena tak terlalu membahayakan, penyakit ini memang sering terlewatkan begitu saja. Apalagi, gejalanya juga tak terlalu istimewa. Dan, entah mengapa, jumlah penderita penyakit ini biasanya meningkat pada musim pancaroba.
Cirinya: bintil-bintil berair
Umumnya, anak yang kurang sehat akan rewel, mogok makan dan minum, serta tubuh
agak sumang (suhu tubuh agak naik). Namun, bila rewelnya berlanjut dengan bertambah sulitnya si kecil makan plus mulutnya sakit sampai keluar air liur (untuk
menelan air liur saja perih, apalagi minum), maka Anda perlu ekstra hati-hati.
Bisa jadi, si kecil bukan menderita sariawan biasa.
Menurut Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), staf pengajar dari Divisi
Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI/RSUPN
Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Coba lihat, apakah ada bintil-bintil berisi air dalam mulut si kecil dan sebagian diantaranya mungkin sudah pecah. Kalau ada, ini adalah salah satu gejala dari penyakit MKT.
Memang, bintil-bintil berisi cairan merupakan salah satu gejala khas dari penyakit MKT atau hand, foot and mouth disease (HFMD) . Tapi jangan samakan ini dengan penyakit kuku dan mulut pada binatang ternak. Biar namanya mirip, tapi penyakit ini sama sekali berbeda dengan penyakit kuku dan mulut pada sapi misalnya!
Di Indonesia, kebanyakan virus penyebab penyakit MKT termasuk enterovirus yang dikenal sebagai virus coxsackie A16 atau enterovirus 71. Virus coxsackie adalah sejenis enterovirus yang hidup di usus halus. Karena penyakit ini disebabkan oleh virus, biasanya penyakit ini akan sembuh sendiri dalam waktu 7 hari, kata Prof. Sri.
Sekalipun begitu, ini bukan berarti Anda tak harus waspada. Sebab, bisa saja
virus yang menyebabkan penyakit ini berbeda serotipe. Menurut National Center of
Infectious Disease , Amerika Serikat, virus coxsackie yang masih sekeluarga
dengan virus polio ini sangat mudah bermutasi alias berubah bentuk jadi serotipe
yang berbeda.
Jangan sampai komplikasi
Sekalipun orang dewasa bisa juga tertular, penyakit MKT ini lebih sering tampak
pada anak-anak di bawah usia 10 tahun, termasuk pula bayi.
Masalahnya, jika bintil berair itu ada di mulut si kecil, bisa dibayangkan betapa perihnya mulut yang tampaknya seperti
sariawan itu. Untuk mengurangi rasa sakit tersebut, umumnya dokter memberi obat oles mulut, semacam obat untuk sariawan. Antibiotika tidak diperlukan, kecuali ada tambahan infeksi bakteri.
Juga, karena mulutnya perih, orang tua sangat khawatir karena anaknya tidak mau makan dan minum, jelas Prof. Sri Rezeki. Makanya, anak yang dirawat umumnya hanya diberi cairan infus sebagai pengganti makanan yang dibutuhkan tubuh. Uniknya, si kecil biasanya tidak kelihatan seperti anak sakit. Tak heran, kalau selama dalam perawatan, ia bisa mondar-mandir di kamar sambil membawa infus yang menempel di lengan.
Yang pasti, penyakit MKT ini jarang membahayakan penderitanya, kecuali kalau ada komplikasi. Walau begitu, kalau anak masih saja demam, mengantuk, lemas dan tidak bergairah, segeralah bawa ke dokter. Bisa jadi telah terjadi komplikasi. Kalau dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan virus bisa sampai ke jaringan otak dan menyebabkan ensefalitis (radang jaringan otak).
Kalau ini yang terjadi, akibatnya bisa fatal. Inilah yang dialami oleh murid sekolah dasar di Malaysia tahun 1997. Dari ratusan murid sekolah yang harus dirawat di rumah sakit, 26 orang di antaranya meninggal. Waktu itu, sekolah sampai harus diliburkan selama seminggu. Jika penyebab penyakit MKT ringan, sekolah tak perlu diliburkan kok, lanjutnya.
Jaga kebersihan
Yang benar-benar perlu diwaspadai adalah, penyakit ini sangat mudah menular. Proses penularannya bisa dari cairan yang keluar dari bintil-bintil di mulut, kaki dan tangan, bisa juga dari kotoran (tinja) si kecil. Anak yang terkena MKT (dengan bintil-bintil di tangan yang baru pecah) memegang mainan, lalu mainan itu dipegang oleh temannya. Dari sini, jelaslah bahwa si teman anak sudah tertular, ujar Prof. Sri.
Juga, karena menahan rasa sakit di mulut, anak-anak yang masih kecil tak jarang meneteskan air liur. Nah, air liur itu bisa saja menetes pada bajunya. Jika baju yang basah itu kemudian dipegang oleh orang lain, ya ikut-ikutan tertular juga.
Bagaimana penularan via kotoran? Gampang juga. Dari kotoran yang menempel pada diaper yang tak langsung dibuang, atau tangan pengasuh yang kurang bersih dicuci setelah membersihkan kotoran bayi. Tangan yang sudah tertempel virus itu berpotensi menularkan penyakit pada orang lain. Apalagi, bila ia harus pula menyediakan makanan atau memegang makanan, ujarnya lagi. Apa jalan keluarnya?
Jika bayi Anda terkena MKT, sebaiknya diaper yang kotor terkena tinja langsung dibuang dan dimusnahkan. Apalagi, virus yang tersimpan dalam tinja bisa bertahan
lama. Juga, si pengasuh harus lebih memperhatikan kebersihan tangannya.
Lalu, jangan dikira jika si kecil yang sudah sembuh serta bintil berisi cairan di mulut dan tangan sudah hilang, tidak mungkin menularkan MKT lagi! Sekalipun sudah lewat 2 minggu, Anda harus tetap waspada. Tinja si kecil masih bisa menularkan virus itu.
Kata Para Penumpang